Syair Chakra: Bab 7

60. Kita ini pakar sekali dalam mengumpan orang lain bila meminta bantuan. Tapi kita selalu pula mengadu, kita sedih dan tertekan. Wang yang kita kumpul kita tidak mampu berpisah dengannya; Seperti si bakhil, kita menyoroknya dan berasa kita ini fakir. Pijak dia, pijak dia menarilah atas kepalanya! Si pengkhianat pemahaman yang membuat kita terpikir untuk mementingkan diri. Koyak lah keluar hati si penyembelih yang ingat dirinya penting sangat. Koyak keluar hati si penyembelih yang mementingkan diri itu! Yang menyembelih peluang kita untuk mencapai kebebasan terakhir!

61. Kita berbuat sedikit sahaja yang memberi faedah kepada yang lain. Tapi kita selalu mengingatkan diri kita bahawa sudah banyak kita lakukan. Kita tak pernah mencapai suatu apa pun dalam hidup kita. Tapi masih berlagak dan bersembang besar, penuh angkuh berkata-kata. Pijak lah dia, pijak lah dia, menarilah atas kepalanya! Koyaklah keluar si penyembelih pemahaman yang membuat kita terpikir untuk mementingkan diri sendiri! Yang kerjanya menyembelih peluang terakhir kita mencapai kebebasan!

62. Kita ada banyak guru hebat dan pakar berpengetahuan yang memberi petunjuk kepada kita. Tapi kita mengabaikan tanggungjawab kita, meninggalkan ajaran mereka! Kita ada banyak pelajar, tapi kita tak berjumpa membantu mereka. Kita tak rasa terpanggil pun untuk beri nasihat. Pijaklah dia, pijaklah dia, menari atas kepalanya! Koyaklah keluar si penyembelih pemahaman yang membuat kita terpikir untuk mementingkan diri sendiri! Yang kerjanya menyembelih peluang terakhir kita mencapai kebebasan!

63. Kita berjanji untuk membuat pahala gemilang. Tapi dalam pengamalan sedikit sahaja bantuan kita berikan. Kemahsyuran rohaniah kita tersebar jauh dan meluas. Namun, di dalam semua pemikiran kita itu menjijikkan. Bukan sahaja kepada para dewa, tetapi juga kepada para setan dan hantu-hantu. Pijaklah dia, pijaklah dia, menari atas kepalanya! Koyaklah keluar si penyembelih pemahaman yang membuat kita terpikir untuk mementingkan diri sendiri! Yang kerjanya menyembelih peluang terakhir kita mencapai kebebasan!

64. Kita baca sikitlah sangat, dengar hanya beberapa ajaran. Namun bercakap seolah-olah kita ini bertauliah tentang kekosongan. Pengetahuan kita tentang kitab-kitab pun kurang. Namun dengan fasihnya kita membuat-buat cerita dan berkata sesuka hati kita. Pijaklah dia, pijaklah dia, menari atas kepalanya! Koyaklah keluar si penyembelih pemahaman yang membuat kita terpikir untuk mementingkan diri sendiri! Yang kerjanya menyembelih peluang terakhir kita mencapai kebebasan!

65. Kita ada ramai pengasuh dan orang sekeliling kita. Namun tiada siapa patuh atau memberi perhatian kepada kata-kata kita. Kita berasa kita ada kawan-kawan berpangkat berkuasa. Namun bila kita perlu bantuan, kita cuma terkapai-kapai keseorangan. Pijaklah dia, pijaklah dia, menari atas kepalanya! Koyaklah keluar si penyembelih pemahaman yang membuat kita terpikir untuk mementingkan diri sendiri! Yang kerjanya menyembelih peluang terakhir kita mencapai kebebasan! 

66. Kita mencapai kedudukan tinggi dan kedudukan berprestij. Tapi pengetahuan kita teruk lagi daripada pengetahuan seekor hantu. Kita dianggap sebagai guru agung, walaupun sebenarnya setan pun tak pernah berdendam sebegitu mahupun terikat teruk kepada nafsu mementing diri. Atau pun berfikiran tertutup hanya berfikiran dengan yang di sekeliling seperti kita. Pijaklah dia, pijaklah dia, menari atas kepalanya! Koyaklah keluar si penyembelih pemahaman yang membuat kita terpikir untuk mementingkan diri sendiri! Yang kerjanya menyembelih peluang terakhir kita mencapai kebebasan! 
 
67. Kita bercakap tentang teori dan ajaran-ajaran yang paling maju. Tapi hari-hari kelakuan kita ini teruklah daripada kelakuan anjing. Kita ini terpelajar, cerdik, dan faham banyak pengetahuan hebat-hebat. Namun, kita membiar begitu sahaja hikmat dasar akhlak ditup angin. Pijaklah dia, pijaklah dia, menari atas kepalanya! Koyaklah keluar si penyembelih pemahaman yang membuat kita terpikir untuk mementingkan diri sendiri! Walaupun tidak dicucuk, tapi kita tetap mengkritik orang lain. Dan sesuka hatinya kita menuduh mereka dengan kesalahan yang kita punyai. Yang kerjanya menyembelih peluang terakhir kita mencapai kebebasan! 

68. Kita bernafsu mementingkan diri dan bersikap panas baran! Yang membarah dalam kita, kita tidak lah akan mengakunya! Pijaklah dia, pijaklah dia, menari atas kepalanya! Koyaklah keluar si penyembelih pemahaman yang membuat kita terpikir untuk mementingkan diri sendiri! Yang kerjanya menyembelih peluang terakhir kita mencapai kebebasan! 

69. Kita memakai jubah kuning sami Buddha, tetapi memohon perlindungan kepada roh-roh dan dewa-dewa dalam dunia. Kita menjanjikan untuk menjaga sumpah pattimokkha dengan ketatnya. Tapi perbuatan kita mengikut kepada perbuatan setan-setan, cara yang durjana! Pijaklah dia, pijaklah dia, menari atas kepalanya! Koyaklah keluar si penyembelih pemahaman yang membuat kita terpikir untuk mementingkan diri sendiri! Yang kerjanya menyembelih peluang terakhir kita mencapai kebebasan!